Minggu, 04 Januari 2015

ANALISIS PUISI CHAIRIL ANWAR DENGAN PENDEKATAN OBJEKTIF



Kritik objektif (objective criticism) adalah kritik yang  menganggap karya sastra sebagai sesuatu yang mandiri, bebas dari sekitarnya, bebas dari penyair, pembaca, ataupun dunia sekitarnya. Karya sastra ini merupakan sebuah keseluruhan yang mencukupi dirinya, tersusun dari bagian-bagian yang saling berjalinan erat secara batiniah, dan mempertimbangan dan analisis dengan kriteria intrinsik berdasarkan keberadaannya, seperti kompleksitas, koherensi, keseimbangan, integritas, dan saling hubungan antara unsur-unsur pembentuknya. Berikut analisis sajak Chairil Anwar yang berjudul “ Penerimaan “ dengan menggunakan pendekatan objektif :

PENERIMAAN
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati

Aku masih tetap sendiri

Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi

Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani

Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi

Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.

Maret 1943

A.            Unsur Lahir
1.      Tipografi (Perwajahan Puisi)
Tipografi yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Peranan tipografi dalam puisi adalah untuk menampilkan aspek artistik visual dan untuk menciptakan makna tertentu.
Puisi Penerimaan karya Chairil Anwar memiliki tipografi yang unik. Puisi ini memiliki enam bait dengan pola 2-1-2-1. Pada bait pertama, ketiga dan kelima terdapat dua larik sedangkan bait kedua, keempat, dan keenam terdapat satu larik. Setiap awal larik puisinya menggunakan huruf kapital dan tidak diakhiri dengan tanda baca titik (.) serta tidak banyak menggunakan tanda baca lain yang digunakan hanya tanda baca seru (!) pada larik Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani.
2.      Diksi
Diksi yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
Pemilihan kata-kata dalam puisi “Penerimaan“ menggunakan kata kata yang sederhana sehingga maknanya dengan mudah dipahami. Dalam puisi tersebut juga terdapat kata yang memakai konotasi, seperti :
Bak                   : bagaikan
Kembang sari    : wanita perawan atau keperawanan
Tunduk             : melihat ke bawah atau malu
Tentang             : melawan atau temui
Cermin              : alat pantul atau bayangan
3.      Citraan
Citraan  yaitu kesan yang dapat kita tangkap (terima) pada kalimat atau baris dalam puisi atau  susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair. Citraan yang dipakai dalam puisi “Penerimaan” ini adalah :
Citraan Penglihatan, sehingga hal hal yang tidak terlihat seolah olah terlihat, seperti:
/kau bukan yang dulu lagi/, /Jangan tunduk!/, /dengan cermin aku enggan berbagi/.
Citraan peraba, citraan yang timbul gambar angan yang dapat dihayati dengan indra peraba atau perasaan. Seperti :
/Bak kembang sari sudah terbagi/ seolah membayangkan bagaimana situasi bunga yang telah terbagi
4.      Bunyi
Bunyi adalah sesuatu hal yang dibentuk oleh rima dan irama. Bunyi dapat menciptakan suasana tertentu dalam pembacaan puisi. Bunyi yang terdapat dalam puisi “ Penerimaan “ ini adalah bunyi euphony. Bunyi euphony adalah bunyi yang dipakai untuk menghadirkan suasana keriangan, semangat, gerak, kegembiraan dan keberaniaan.  Dalam puisi “ Penerimaan “ tersebut terdapat rasa semangat pengharapan seseorang yang akan kembali walaupun di dalamnya juga terdapat bunyi Chacophony karena didalamnya juga terdapat kecemasan dalam pengharapan serta suasana haru mengingat cinta yang tulus yang terdapat pada puisi tersebut.
5.      Irama
Irama adalah lagu kalimat yang digunakan penyair dalam mengapresiasikan puisinya berkenaan dengan pergantian tinggi rendahnya bunyi. irama yang digunakan dalam puisi “ Penerimaan “ adalah irama yang menunjukkan keteguhan hati dalam mempertahankan prinsipnya walaupun didalamnya  memberikan  kesempatan dan harapan. Irama yang dihasilkan terkesan biasa saja karena kata - kata pada tiap barisnya  menggunakan kata-kata yang sederhana. Tetapi saya rasa ada penekanan dan kesejajaran vocal a pada larik /Kalau kau mau kuterima kau kembali/. yang membuat keindahan irama dalam pembacaannya.
6.      Rima
Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Puisi ini memiliki rima yang tetap  karena seluruh baris pada puisi ini berakhiran huruf i dari awal hingga akhir.
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati 
Aku masih tetap sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi                                 Setiap lariknya berakhiran dengan huruf i
Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.
           Puisi ini dapat digolongkan dalam puisi berima terbuka dan rima datar. Karena suku akhirnya termasuk suku terbuka dengan vocal yang sama yaitu vocal i (rima terbuka) dan kata – kata yang berima terdapat pada baris yang sama (rima datar). Seperti :
Kalau kau mau kuterima kau kembali
7.      Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah bentuk tulisan yang dipergunakan dalam suatu karya sastra dengan tujuan untuk mewakili perasaan dan pikiran penyair. Menurut Soedjito Gaya bahasa, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu
Gaya bahasa disebut juga majas. Gaya bahasa yang digunakan dalam puisi “ Pemerimaan “ adalah gaya bahasa perumpamaan (jenis majas padanan kata) dan majas personifikasi. Seperti :
Majas Perumpamaan
 
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi      
Majas Personifikasi
 
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.

8.      Kata Konkret
Kata konkret yaitu kata yamg dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya citraan. Kata – kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambing. Pada puisi “Penerimaan” terdapat kata konkret seperti Bak kembang sari sudah terbagi artinya wanita yang sudah kehilangan keperawanannya dan Sedang dengan cermin aku berbagi artinya si “aku” tidak ingin wanitanya mendua bahkan dengan bayangannya sekalipun.
B.            Unsur Batin
1.      Tema
             Media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan. Tema yang diangkat pada puisi “Penerimaan” yaitu tentang percintaan. Tentang seorang lelaki yang masih memberi harapan kekasihnya untuk  kembali meskipun sang kekasih sudah bersama orang lain. Ini tergambar dari bait pertama dan kedua.
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri

Ia beri kesempatan kepada seorang perempuan untuk kembali walau sudah bersama orang lain. Maka ia ingin perempuan itu memutuskan keputusan dengan tegas apakah mau kembali atau tidak. Ini tergambar pada lanjutan syairnya sebagai berikut:

Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani

Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi

Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.
2. Rasa

Rasa adalah  sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisi. Rasa yang ada pada puisi “ Penerimaan “ ini adalah rasa semangat pengharapan dengan sedikit kecemasan pada setiap baitnya. Harap dan cemas terhadap sang mantan kekasih  yang akan berpikir dan menimbang penawarannya dengan matang hingga ia akan kembali padanya.
3.       Nada
Nada adalah sikap penyair terhadap pembaca. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.  Pada puisi “Penerimaan” ini, adanya penuangkan perasaan harap-harap cemas dan ketegasan. Pengharapan yang ia rasakan dikarenakan pada dasarnya ia masih mencintai kekasihnya yang dulu. Suasana yang timbul dalam membaca puisi “Penerimaan” adalah romantisme. Suasana romantisme cinta yang dibuat akan memunculkan rasa haru akan  cinta tulus manusia untuk menerima mantan kekasihnya kembali dan memberi kesempatan kedua untuk hidup bahagia hanya bersamanya.
4.       Amanat
Amanat adalah maksud, himbauan, pesan atau tujuan yang hendak disampaikan penyair melalui puisinya . Amanat yang terdapat pada puisi “penerimaan“ adalah agar perempuan yang dimaksud si “Aku “ mempertimbangkan penawaran si “Aku” dan memutuskan dengan tegas pilihan yang akan diambil perempuan tersebut. Puisi tersebut juga memiliki pesan untuk jangan pernah menduakan seseorang yang mencintai dengan tulus dan tanpa pamrih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar